Beranda | Artikel
Sabarkanlah Dirimu Untuk Berjalan Diatas Sunnah
Selasa, 9 Februari 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Sabarkanlah Dirimu Untuk Berjalan Diatas Sunnah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 25 Jumadil Akhir 1442 H / 8 Februari 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Sabarkanlah Dirimu Untuk Berjalan Diatas Sunnah

Setelah mencantumkan beberapa hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, penulis membawakan ucapan para ulama Salaf dari masa ke masa, mulai dari sahabat-sahabat Nabi, kemudian dari para tabi’in dan tabi’ut tabi’in.

Abu al-‘Aliyah berkata:

عليكم بالأمر الأَوَّل الذي كانوا عَلَيْهِ قبل أن يفترقوا

“Hendaknya kamu memegang teguh pedoman awal yang mana mereka menyepakati pedoman itu sebelum terjadinya perpecahan.”

Pedoman awal yang dimaksud di sini adalah pedoman sahabat-sahabat Nabi yang mulia sebelum terpecah-belahnya kaum muslimin karena munculnya bid’ah di dalam agama.

Itulah pedoman awal, pedoman yang dijalani oleh sahabat-sahabat Nabi yang mulia dimana mereka bersepakat diatasnya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman yang mereka dapatkan langsung dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kita mengenal di dalam sejarah, bahwa cikal bakal bid’ah sudah ada di zaman Nabi, yaitu ketika Dzul Khuwaishirah memotong/menyanggah perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada perang Hunain, dia berkata:

اعدِل يا محمَّدُ فإنَّكَ لم تعدِلْ

“Berlaku adillah wahai Muhammad, engkau belum berlaku adil.”

Ini cikal bakal munculnya pemikiran-pemikiran Khawarij di tengah-tengah umat. Itu ada di zaman Nabi tapi belum tersebar luas. Kemudian bid’ah itu semakin berkembang di akhir masa sahabat-sahabat Nabi yang mulia, yaitu masa generasi emas/generasi pertama umat ini. Mulailah terjadinya perselisihan-perselisihan di tengah-tengah umat.

Maka disini Abu al-‘Aliyah berpesan kepada kaum muslimin agar memegang teguh pedoman pertama itu, pedoman yang dipegang oleh sahabat-sahabat Nabi yang mulia.

‘Ashim berkata: “Aku menyampaikan perkataan ini kepada Al-Hasan Al-Bashri Rahimahulah, beliau berakta:

قد نصحك وَاللَّه وصدقك

“Sungguh ia telah memberikan nasihat yang baik kepadamu dan telah berkata benar kepadamu.”

Artinya inilah wasiat yang lurus dan benar, yaitu seruan untuk memegang teguh pedoman awal. Pedoman yang dijalani oleh Rasulullah dan para sahabat beliau.

Al-Auza’i Rahimahullah berpesan:

اصبر نفسك عَلَى السنة

“Sabarkanlah dirimu untuk berjalan diatas sunnah.”

Salah satu dimensi sabar adalah sabar dalam menjalankan perintah, disamping sabar didalam meninggalkan larangan dan sabar menerima takdir Allah yang baik maupun yang buruk. Dan salah satu perintah Allah adalah memegang teguh sunnah.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,” (QS. Ali-Imran[3]: 103)

Untuk menjalankan perintah Allah ini perlu bersabar, apalagi memegang sunnah di akhir zaman ketika sunnah itu dianggap asing oleh manusia. Bahkan sunnah mungkin dianggap sebagai bid’ah dan bid’ah dianggap sunnah. Maka memegang teguh sunnah merupakan suatu hal yang sangat berat, perlu kesabaran. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam beberapa hadits mengumpamakan seperti memegang bara api.

الْقَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Orang-orang yang memegang teguh agamanya, itu seperti memegang bara api.” (HR. Tirmidzi)

Harus dipertahankan walaupun itu akan membuat tangan kita hangus terbakar. Tapi kalau kita lepaskan, maka dia akan terlepas dari genggaman kita. Jika dipegang maka kita akan menerima konsekuensinya, jika tidak dipegang maka kita akan kehilangan hidayah sunnah. Maka perlu sabar diatas sunnah.

Al-Auza’i yang hidup dizaman dekat dengan sahabat, beliau berpesan hal ini kepada kaum muslimin. Ini mengisyaratkan bahwa memegang teguh sunnah itu akan mendatangkan risiko/konsekuensi. Yaitu akan menerima gangguan, celaan, cercaan, bahkan intimidasi secara fisik dari orang-orang yang tidak mengenal sunnah atau musuh-musuh Islam yang memang membenci sunnah. Mereka tahu bahwa Islam itu adalah sunnah, menjauhkan kaum muslimin dari sunnah artinya menjauhkan mereka dari Islam. Dan itu yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam.

Perkataan ini mengesankan bahwa dizaman beliau juga banyak orang yang asing melihat sunnah itu. Apalagi sekarang dizaman semakin jauh dari zaman Nubuwwah, maka semakin banyak ilmu yang terangkat dan kejahilan yang tersebar. Maka wajar kalau banyak manusia tidak mengenal sunnah tersebut sehingga membencinya.

Sebagian orang ada yang langsung antipati begitu mendengar kata “sunnah” bahkan dikonotasikan negatif, misalnya dianggap sebagai kalimat yang memecah belah umat.

Maka dari itu memegang teguh sunnah tentu perlu kesabaran untuk menghadapi gangguan/cercaan/intimidasi secara fisik maupun verbal dari orang-orang yang tidak mengenalnya.

Tanpa kesabaran, mungkin kita akan melepaskan sunnah itu, mungkin sunnah itu tidak akan bertahan lama di tangan kita. Kita akan buru-buru membuangnya karena kita melihat resiko yang ada dihadapan mata ketika menampakan diri kita sebagai orang yang berkomitmen kepada sunnah.

Yang paling berat adalah kita menjadi sorotan. Sedikit saja kesalahan langsung ditimpakan kepada sunnahnya, bukan kepada orang yang memegang sunnah itu. Itulah beratnya kita hari ini memegang sunnah. Apa yang kita lakukan satu patokan dan barometer atas sunnah itu sendiri.

Maka kita hari ini yang berada di atas sunnah punya tanggung jawab untuk menjaga sunnah itu. Walaupun kita sadar bahwa siapa saja bukanlah malaikat yang lepas dari dosa dan kesalahan. Siapa saja kalau dicari kurangnya pasti ada. Cuma masalahnya adalah orang-orang yang membenci sunnah menjadikan kesalahan-kesalahan Ahlus Sunnah sebagai senjata untuk memojokkan sunnah itu.

Hari ini, sesuatu yang tampil berbeda dan itu mencolok ditengah-tengah umat pasti akan menjadi bahan pembicaraan. Mulai dari cara hidup, gaya berpenampilan, berpakaian, bahkan cara shalat, cara beragama secara umum, ini tentunya kontras dengan kaum muslimin mayoritas. Kita misalnya tidak menghadiri beberapa hal-hal yang tidak ada contohnya di dalam Islam, itu akan menjadi sorotan karena mencolok di tengah-tengah manusia yang tidak mengenal sunnah.

Kita pasti dianggap asing. Dan itulah hakekatnya definisi dari ghuroba (orang-orang yang asing). Yaitu orang-orang yang memegang teguh kebenaran dimasa kebenaran itu sesuatu yang aneh ditengah-tengah manusia. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

طُوبَى للغُرَبَاءِ

“Beruntunglah orang-orang yang dianggap aneh itu.”

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49769-sabarkanlah-dirimu-untuk-berjalan-diatas-sunnah/